BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
.Pada
saat kita berbicara tentang moneter maka masalah utama yang sering kita
bicarakan adalah berkaitan dengan uang. Setiap Negara mempunyai mata uang
sendiri,dan mata uang itu menunjukkan nilai barangnya.Begitu juga dengan Sistem
moneter internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimana pembayaran
atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman kurs
tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.
Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi
perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap
perubahan. Elemen inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan
pengaturan sistem kurs tukar.untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan
membahas terkait dengan pengertian bisnis internasional,sejarah terbentuknya
system moneter internasional serta Bagaimanakah kaitannya Hukum ekonomi moneter
internasional terhadap negara dan kepentingan ekonomi.
2.1 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas,maka penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut ini:
Apakah pengertian system moneter internasional?
Bagaimana sejarah system moneter internasional?
Bagaimana system penetapan kurs mata uang?
Bagaimana cara melakukan transaksi pembayaran internasional?
2.3 Tujuan Penulisan
Makalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis ini mempunyai beberapa tujuan antara lain
sebagai berikut:
Ingin mengetahui pengertian system moneter internasional
Ingin mengetahui bagaimanakah sejarah system moneter internasional
Ingin mengetahui system penetapan kurs mata uang internasional
Ingin mengetahui cara bertransaksi internasional.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem
Moneter Internasional
System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan,
institusi,praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata
uang satu di tukarkan dengan mata uang yang lain.
2.2 Sejarah Sistem
Moneter Internasional
Setiap Negara memiliki mata uang sendiri, dan mata uang itu menunjukan nilai
barangnya. Namun, untuk perdagangan internasional, berbagai mata uang di dunia
harus di ubah dari satu mata uang ke mata uang yang lain. Perubahan sistem
moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman
historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta
proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.
Moneter internasional dan sistem finansial memainkan peran sentral dalam
ekonomi politik global. Sejak akhir abad 19, awal pembentukan sistem ini
melalui berbagai transformasi dalam menganggapi perubahan kondisi politik dan
ekonomi baik level domestik maupun internasional. Perubahan yang paling
dramatik adalah krisis dalam pengintegrasian moneter internasional dan rezim
internasional selama tahun-tahun interwar.
Transformasi kedua terjadi setelah Perang Dunia II ketika sistem Bretton Wood
tengah berjalan. Sebab di tahun 1970an, periode perubahan di bawah sistem
Bretton Wood terjadi perubahan dari standar pertukaran emas menjadi dolar
Amerika dan komitmen terhadap kontrol kapital. Beragam perubahan ini memiliki
konsekuensi politik yang cukup penting tentang siapa yang mendapatkan apa,
kapan, dan bagaimana dalam ekonomi politik global.
Evolusi standar emas dan pemecahannya (1930)
Konsep dari standar emas adalah penguunaan mata uang emas sebagai media
pertukaran, sebagai satuan perhitungan dan sebagai alat menyimpan bilai.
Kegiatan ini sudah terjadi sejak zaman kuno. Namun fenomena volume perdagangan
yang kian meningkat sejalan dengan bangkitnya revolusi industri mendorong
adanya permintaan atas sarana yang lebih mudah untuk mendanai dan menyokong
perdagangan internasional maka standar emas hadir guna mengatur dan mendorong
pemerintah agar sepakat untuk menukar mata uang kertas mereka menjadi emas
dengan suatu kurs yang tetap.
Sejak tahun 1880 Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah mengadopsi sistem
standar Emas ini. Dengan berlakunya standar emas maka nilai dari setiap mata
uang dalam satuan mata uang lainnya dapat ditentukan secara mudah sehingga
dapat mengkatalisasi perdagangan internasional. Mulanya US$ 1 dihargai dengan
23,22 grain emas murni yang mana 1 ons emas sama dengan 480 grain emas. Dengan
kata lain harga dari 1 ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang yang
diperlukan untuk membeli satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.
Periode Perang Dunia 1914-1944
Standar emas hancur waktu perang dunia 1 pecah. Mata
uang praktis ditetapkan atas dasar emas atau mata uang lainnya dengan longgar. Beberapa
usaha kembali ke standar emas dilakukan sesudah perang dunia 1 berakhir.Emas
hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan pribadi. Kurs mata uang
ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah tahun 1934 dan sesudah perang dunia kedua,
konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan (konvertibel) dengan mata uang
lainnya.
Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods.
Melalui perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya
berdasarkan emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konvertibilitas mata uang
mereka dalam emas.Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik
atau turun) dari nilai par, dan bersedia melakukan intervensi untuk menjaga
kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata
uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan.
Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973.
Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs
yang ditentukan oleh kekuatan pasar.
Post Bretton Woods
(1973) - sekarang
Setelah kurs dibiarkan mengambang, fluktuasi kurs
mata uang dunia menjadi semakin tinggi dan semakin sulit diprediksi. Kejadian
penting pertama setelah Bretton Woods berakhir adalah embargo minyak negara
OPEC yang cukup sukses (Oktober 1973). Pada tahun 1974 harga minyak cenderung
melakukan kebijakan sangat tajam.
Kurs dollar dan juga kurs mata uang lainnya, di masa mendatang akan
berfluktuasi sama seperti sekitar dua puluh tahun terakhir ini. Selama tidak
ada patokan yang pasti, kurs mata uang di masa mendatang akan mengalami
fluktuasi yang tidak bisa diprediksi.
Beberapa ekonom mulai menganjurkan kembali ke sistem kurs tetap. Tetapi sampai
saat ini belum ada model yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini, yang
bisa menjamin stabilitas kurs. Sistem yang ideal akan mencakup dua hal :
1. Sistem harus kredibel (bisa dipercaya)
2. Sistem harus mempunyai mekanisme stabilitas harga yang otomatis (built in).
Dana Moneter Internasional
Dana
Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi
internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan
menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah
keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah
membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan
sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan
tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui
pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton
Woods. Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan
cara yang sudah ditentukan. Menurut kesepakatan awal, kurs dibolehkan
berfariasi sampai satu persen dibawah atau diatas par. Bila kurs suatu Negara
mencapai atau mendekati salah satu batas, disebut ”titik pendukung arbitrase”,
bank sentralnya mengintervensi pasar untuk mencegah kurs melewati batas itu.
Inntervensi pasar mensyaratkan suatu Negara untuk mengakumulasi cadangan
devisanya, yang terdiri dari emas dan mata uang asing, diatas kebutuhan
perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana Moneter internasional IMF,
didirikan di Bretton Woods untuk mengawasi system moneter yang baru disepakati.
Ada beberapa hal yang telah dicapai dana moneter internasional. Misalnya,
lembaga itu:
a. Berhasil mempertahankan
peningkatan yang cepat dari volume perdagangan dan investasi.
b.Menunjukan flexibilitas
dalam mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional.
c. Semakin efisien (bahkan
terjadi penurunan persentase cadangan devisa)
d. Semakin tangguh
(lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971, mengatasi
kegiatan spekulatif, dan bertahan dalam siklus bisnis yang bergejolak).
e. Mendukung tumbuhnya
kerja sama internasional.
f. Membangun kapasitas
untuk mengakomodasi reformasi dan perbaikan.
2.3 Sistem Penetapan Kurs Mata Uang
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok :
Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi,
pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs
mata uang negara yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau
penghargaan terhadap variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah.
Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean float.
Float yang dikelola
(Managed Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup
tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty
float, dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar
batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi :
Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan
menjaga stabilitas kurs agar perubahan kurs cukup teratur.
Menunda kurs (leaning against the wind).
Melalui
cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan mencegah atau
mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh
kejadian yang sifatnya sementara.
Kurs tetap secara tidak resmi
(unofficial pegging).
Melalui cara ini Bank Sentral melawan kekuatan
pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.
Perjanjian Zona Target
Tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata
uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas
atas atau batas bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan
intervensi.
2.4 Cara Melakukan
Transaksi Internasional
Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat digunakan
beberapa cara, antara lain:
1.
Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat
barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi
eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa
waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa
surat perintah pembayaran serta dokumen-dokumen.
3. Commercial Bill of
Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade
bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada
pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa
datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean
draft dan documentary draft.
4. Letter of Credit
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli
barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang
ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu
alat pengganti kredit bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak
yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan
L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak
lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
5. Private Compensation
Adalah penyelesaian pembayaran dengan kompensasi utang piutang tanpa
perpindahan mata uang ke negara lain.
2.5 Kelemahan Sistem
Moneter Internasional
Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya
menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi
jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan
inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak
bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem
moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait)
antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih
mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus
"menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah
revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10
negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet)
seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan
mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus
(Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu?
Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu
mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu
mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan
emas.
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh
ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki
tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin
menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun
1946 dan 1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-negara sebuah filosofi
manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali
(fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan
kepada para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat
memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS.
Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang
kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang
diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang
kualitas pemimpin sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak
diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF
memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971
IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap
(terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan
khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan
nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
IMF
kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi
peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan
broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik oleh
konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF
tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk
menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang
ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa
tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui
tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua
pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang
dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar
perang dunia (I dan II) yang amat menghancurkan.
Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada.
Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti
bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun
negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia
(emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad
terakhir sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur,
negara-negara mengadopsi sistem moneternya sendiri, fen omena yang tidak
memiliki contoh sejarah dalam kerjasama antar negara yang dikenal sebagai
sistem moneter internasional. Para ekonom mengetahui bahwa ketergantungan
diantara sistem moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan
neraca pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila
satu negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain
memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju
surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini
memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia
dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang independen. Setiap
negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap
di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang
membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy
problem) masalah kelebihan . Aturan dimana tambahan derajat kebebasan untuk
memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold standard)
adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan
nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar
biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk.
Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan
konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh
mata uang negara AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya
seringkali memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba
berangkat dari sini.
Negara yang Mengalami Kepailitan
Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman
kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak
akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang
pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara
berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun
tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981,
sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab
bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun
1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980
dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya
inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara
itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang
perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.
Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga
tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga
pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga
variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5
milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini
mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya
meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$
menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi
ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk membayar
uatang dalam AS$.
2.6.
Pemecahan Masalah Utang
IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusahan keras
mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan jangka
panjang.
Pemecahan Jangka Pendek
Cara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan penjadwalan
ulang pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat mengembalikan
utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi yang cukup alot.
Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat melaksanakan program-program
kegiatannya secara fleksibel karena adanya tekanan dari IMF. Pertumbuhan
ekonomi negara berkembang tertahan karena dana baru dari hasil ekspornya atau
pinjaman yang digunakan untuk membayar utangnya, bukan melanjutkan programnya
atau kegiatan produktif lainnya.
Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan ekspornya agar
diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus tersebut sebagian
digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi untuk biaya impor
dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negara
berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang memerlukan
banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika memperoleh
pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang biasanya
terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat mendorong
menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekpor. Kemudian,
meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan keterpaduan
kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi negara
berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi, budaya dan
perilaku. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador, Yunani, dan
Mesir. Equador mengalami kegagalan membayar utangnya sejak tahun 1800 dan untuk
memulihkan perekonomiannya diperlukan waktu 113 tahun. Yunani mengalami
kegagalan membayar utangnya selama 87 tahun. Dua abad yang lalu negara-negara
terkenal seperti Belanda, Austria, Jepang dan Cina juga pernah mengalami
kegagalan memenuhi kewajibannya membayar utang luar negeri. Mesir yang gagal
memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun 1976, telah membelanjakan lebih
banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan semacamnya daripada untuk
pekerjaan umum. Paris Club, kelompok pemberipinjaman negara Barat, memberikan
ampunan berupa penghapusan separoh utang Polandia atau senilai AS$ 17,5
milliar. Sedangkan Amerika Serikat memberikan ampunan berupa penghapusan utang
Mesir sebagai imbalan atas bantuan Mesir kepada Amerika Serikat pada saat
perang melawan Irak. Pemberian bantuan ini didasarkan pada nilai kemanusiaan
dan mendorong terciptanya reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan kegiatan
ekonomi yang sudah rapuh.
Pemecahan Jangka Panjang
Beberapa saran untuk memecahkan masalah utang jangka panjang adalah sebagai
berikut:
1. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk
kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang
bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.
2. Negara penerima pinjaman hendaknya membangun dana cadangan yang cukup untuk
jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu menjaga fluktuasi harga
komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan
3. Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
membuka pasarnya untuk barang ekspor dari negara berkembang melalui persaingan
yang sehat.
4. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan
kepada negara peminjam.
5. IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman hendaknya memberi pinjaman dalam
jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk jangka panjang.
6. Sebagian utang negara berkembang hendaknya diubah bentuknya menjadi bentuk
equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa memiliki atas proyek-proyek yang
dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya diperpanjang jatuh temponya
dengan penerapan bunga ceiling.
7. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
8. Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya krisis utang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi, regulasi,
mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata
uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi.
Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya
ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran
internasional.
1. Sistem Standar Emas 1870 – 1914 Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah
Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas.
2.
Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu
International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal
dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok
yaitu Free Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang
dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola
(Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena
ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target Tertentu Melalui
perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya
secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Cara Melakukan Transaksi
Internasional Cash,Open Account, Commercial Bill of Exchange, Letter of Credit,
private compensation.
DAFTAR PUSTAKA
Jain,
Subhash C.,Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Erlangga, 1996.
Boediono, Ekonomi Internasional, BPFF, Yogyakarta,2000
http://didikurniawan.web.id di akses tgl 5 oktober 2010
http://devania.wordpress.com
http://catatankuliahdigital.blogspot.com/2009/10/sistem-moneter-internasional.html
http://catatankuliahdigital.blogspot.com/2009/10/sistem-moneter-internasional.html