Cahaya matahari atau sinar ultraviolet (UV) ternyata bisa
mengurangi risiko pembentukan alergi kulit dan bisa melindungi melawan infeksi
bakteri.
Menurut penelitian terbaru yang dikutip Zeenews.com, Senin
(11/6), hal ini juga mendorong setiap orang agar mendapatkan dosis sinar
matahari secara reguler.
“Saya menganjurkan dosis sinar matahari yang cukup kecil.
Yang membahayakan itu jika Anda melakukan berjemur diri dalam waktu yang lama
atau bahkan tertidur di bawah sinar matahari. Hal tersebut justru menyebabkan
risiko penuaan kulit dan kanker kulit,” ujar Professor John Hawk, selaku
peniliti yang mempelajari keuntungan dari sinar matahari.
“Tingkat kanker kulit masih meningkat pesat di Eropa utara,
karena terlalu banyak sinar matahari dan berjemur diri. Penting untuk diingat
untuk menutupi dan menggunakan perlindungan tabir surya tinggi di bawah sinar
matahari pada saat tengah hari,” tambahnya.
Menurut hasil penelitian sebelumnya, beberapa orang Inggris
mengalami kekurangan vitamin D, yang dihasilkan dari proses paparan sinar
matahari di kulit dan sangat penting untuk kesehatan tulang dan otot.
Hanya lima sampai 30 menit paparan sinar matahari yang cukup
dibutuhkan setiap harinya. Paparan ini memberikan sebagian besar vitamin D.
Tetapi, paparan jangka panjang harian diyakini akan meningkatkan risiko kanker
kulit.
“Sejumlah kecil cahaya matahari dapat melindungi kita dari
beberapa kondisi kulit, termasuk reaksi alergi seperti biang keringat,
psoriasis, dan alergi kulit untuk kosmetik, logam, parfum dan bahkan
bunga-bunga taman,” kata Hawk.
“Ada juga beberapa bukti baru menunjukkan sinar matahari
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk membantu melawan infeksi
bakteri,” tambahnya.
0 comments:
Post a Comment